MAKALAH
MANUSIA SEBAGAI
PESERTA DIDIK DAN HAMBA ALLAH
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu :
Edi
Santosa, M. Pdi.
Disusun oleh :
Alfian
Nur Rohim
Choirul
Anwar
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI
APRIL 2013 M
DAFTAR ISI
Daftar
Isi ................................................................................................ i
Kata
Penghantar ................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan................................................................ 2
B.
Tugas dan
Tanggung Jawab Pendidik....................................... 2
C.
Pengertian
Peserta Didik............................................................
3
D.
Tugas Peserta
Didik dalam Proses Pembelajaran..................... 4
E.
Tujuan
Diciptakan Manusia dan Implikasi-Nya........................ 4
1.
Manusia Sebagai Hamba Allah................................................. 4
2.
Manusia Sebagai Kholifah di Bumi.......................................... 5
F.
Manusia Sebagi Peserta
Didik dan Hamba Allah...................... 6
1.
Aspek-Aspek
Pembelajaran................................................... 6
2.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran.................................................. 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................. 8
B.
Daftar Pustaka............................................................................ 8
Kata Penghantar
Syukur Alhamdulillah,
puja puji kami haturkan kepada Allah yang telah memberikan segala macam keni’matan
diantaranya adalah keni’matan dapat menyelesaikan tugas menyusun makalah
filsafat pendidikan islam ini yang berjudul “Manusia Sebagai Peserta Didik
& Hamba Allah”.
Sholawat serta
salam Allah semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad, nabi
agung yang menjadi panutan ummat islam sedunia, serta para keluarga dan
shohabat nabi yangmana mereka merupakan manusia-manusia yang paling utama
diantara manusia-manusia yang pernah hidup di dunia.
Adapun
tujuan kusus penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliyah Filsafat Pedidikan Islam. Selain itu,
secara umum kami berharap somoga makalah ini dapat membuka wawasan serta
bermanfa’at untuk para mahasiswa yang berada dibelahan dunia mana saja,
khususnya mahasiswa Indonesia.
Dalam makalah
ini, diantaranya kami uraiakan beberapa hal terkait dengan pendidikan serta
langkah-langkah dalam menuju pendidikan islam yang sukses dan sesuai dengan
tuntutan zaman yang semakin berubah dan tak tentu arah ini.
Selaku
penyusun, kami berdua mohon ma’af yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Semua itu adalah meupakan kekurangan kami berdua,
dari itu kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan terkait dengan makalah ini
di kemudian hari.
Akhirnya dari
kami cukupi sekian dan selamat membaca.
Penyusun
Kediri,
Senin 04 J. Ula H/ 15 April 2013 M
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah merupakan proses untuk menjadi makluk yang utama
di hadapan Allah Subhanahu
Wata’ala. Allah menilai kemulian seorang hamba bukan dari harta, tahta,
melainkan dari ukuran ketaqwaan dalam diri seorang hamba. Dan pada dasarnya,
Seorang hamba tidak akan bisa mencapai derajat taqwa[1]
dengan tanpa adanya pengetahuan dan pendidikan.
Disamping itu, terkait dengan
Pendidikan sebagai salah satu usaha yang terencana untuk mendewasakan manusia
atau menyiapkan sumber daya manusia, maka hal ini menjadi landasan yang
mendasari kebijakan perintah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi[2] di bidang pendidikan dengan hadirnya sekolah sebagai suatu institusi[3] yang mandiri dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi
pembangunan.
Beban pendidikan akan semakin berat
dalam rangka melakukan proses pembinaan potensi manusia yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi modal dasar dalam pembangunan
Nasional. Beban itu bertambah seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi
di negri kita tercinta ini. Oleh karena itu perlu pembahasan lebih lanjut
mengenai pendidik dan peserta didik dalam perspektif filsafat islam.
B. Rumusan Masalah
Dengan berbekal keingin tahuan kita
tentang :
1.
Bagaimana
pendidik,
2.
bagaimana
peserta didik dalam perspektif filsafat islam,
3.
dan
bagaimana manusia selaku peserta didik itu jika dikaitan dengan status[4]-nya sebagai hamba Allah Subhanahu Wata’ala?.
maka
kami akan mencoba menyajikan karya tulis ini dan semoga dapat sama-sama kita
pahami dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
antara lain : Untuk memenuhi tugas kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Dan untuk
menambah pengetahuan kita semua tentang Pendidik dan peserta didik dalam
perspektif filsafat pendidik islam serta kaitannya selaku hamba Allah Subhanahu Wata’ala.
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik.
Pendidikan
merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari
aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh
karena itu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhan anak didik
(manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai
adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual
dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadaNya.
Pengertian
Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif[5] pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi peserta didik, baik potensi afektif[6], kognitif[7], maupun psikomotorik[8] sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam.
Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada
orang-orang yang bertugas di Sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam
proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan
sampai meninggal dunia.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.
Dalam
Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia.
Posisi ini menyebabkan mengapa islam menempatkan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia
lainnya (QS. Al Mujadilah/58:11).
Secara
umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasi[9]-nya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dll. Batasan ini
memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana
pendapat kebanyakan orang.
Di samping
itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator [10]dan fasilitator[11] dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi
peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis[12].
Sementara
dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok
pikiran, yaitu :
1.
Sebagai
pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran,
melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian
setelah program tersebut dilaksanakan.
2.
Sebagai
pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan
tujuan penciptaan-Nya.
3.
Sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri
sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.
C.
Pengertian Peserta Didik.
Di antara komponen terpenting dalam
Pendidikan Islam adalah peserta didik. Dalam perspektif islam, peserta didik
merupakan subjek dan objek. Dilihat dari segi kedudukannya sebagai objek, anak
didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrohnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten[13] menuju ke arah titik optimal kemampuan fitroh-nya.
Dalam pandangan yang lebih modern,
anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan
sebagai yang disebut diatas, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek
pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Dalam bahasa Arab dikenal beberapa ishtilah
yang sering digunakan untuk menunjukkan kepada anak didik. Istilah tersebut
adalah murid, salik yang secara harfiah berarti
orang yang mengharap sesuatu, tilmidz, robib, robab
yang berarti seorang yang menetap (mulazamah) kepada seorang
guru yang mengajarinya, muta’allim, dan tholib al-ilmi yang
berarti penuntut ilmu, pelajar atau mahasiswa. Ishtilah-istilah tersebut
seluruhnya mengacu pada seorang yang tengah menempuh pembelajaran dan
pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan
atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan. Dalam pandangan islam, hakikat ilmu
berasal dari Alloh Subhanahu
Wata’ala. Sedangkan proses memperolehnya
diantaranya dilakukan melalui belajar kepada Guru.
D.
Tugas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran.
Menurut tauladan yang dilakukan oleh
ilmuan-ilmuan muslim terkemuka terdahulu, diantara tugas dan kewajiban yang
perlu dipenuhi peserta didik adalah :
1.
Peserta
didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini
berdasarkan bahwa ilmu itu bersemayamnya di hati. Jika hati tidak bersih maka
berat kemungkinan akan tercapainya pendidikan yang ditempuh olehnya.
2.
Tujuan
belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.
Yaitu sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang
mengabdikan diri kepada-Nya.
3.
Memiliki
kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
4.
Setiap
peserta didik seyogyanya menghormati pendidiknya.
5.
Peserta
didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
6.
Menghargai
ilmu dan bertekad untuk terus menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Kesemua hal di atas cukup penting
untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan sebagai pegangan
dalam menuntut ilmu. Di samping berbagai pendekatan tersebut, peserta didik
hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik
secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik dan psikis,
maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan
efisien.
Terciptanya manusia di dunia ini ada
misi-misi yang dibawa olehnya. Diantara misi itu adalah :
1. Manusia sebagai hamba Allah Subhanahu Wata’ala
Manusia dalam kehidupannya dimuka bumi ini
tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya yang transendental[15]
(Allah). Oleh karena itu apa yang menjadi acuan dalam hidupnya serta apa yang
ia lakukan haruslah sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah Subhanahu Wata’ala.
Untuk menjadi hamba yang bisa menyesuaikan
diri dengan kehendak Tuan-nya serta bisa melakukan apa-apa yang dikehendaki
oleh Tuan-nya maka ia harus mengerti apa-apa yang dihendaki dan diperintahkan
Tuan-nya. Dengan demikian pendidikan dalam implikasi-nya adalah berguna dalam
rangka untuk mengerti dan mengamalkan kehendak dan perintah Allah Subhanahu Wata’ala atas hambanya.
Jika demikan, maka pendidikan pada hakikatnya adalah satu proses
untuk menjadi hamba yang ta’at (bertaqwa) yang mana dengan adanya pendidikan ia
dapat dengan mudah mengetahui dan melakukan perintah-perintah Tuan-nya atas
diri-nya. Dan hamba yang ta’at inilah yang disebut insane kamil yang
merupakan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini.
2. Manusia Sebagai Khalifah Fil-Ardli
Manusia sebagai makhluk mulia, menempati
posisi yang istimewa yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala dimuka bumi. Hal ini karena manusia diciptakan dalam
“citra Allah” sehingga selayaknya manusia disebut sebagai mahkota ciptaannya.
Kedudukan manusia dimuka bumi ini difirmankan Q.S. 2 : 30.
Bila ayat tersebut dianalisa lebih
mendalam, maka akan dimengerti bahwa manusia bukan sekedar hiasan, akan tetapi
jauh dari itu manusia diberikan tugas utuk memelihara bumi ini. Dalam rangka beri’tiqod
kepada Allah sehingga akan membedakannya dengan makhluk lainnya dalam kedudukan
dan tanggung jawab.
Secara implisit memberikan gambaran
bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia dihadapkan
pada beberapa konsekwensi yang harus dipertanggung jawabkan yaitu:
1. Senantiasa taat, tunduk dan patuh serta
berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama islam.
2. Mempersiapkan diri denga
seperangkat ilmu pengetahuan yang menopang terlaksananya tugas dan fungsinya
sebagai khalifah Fil-ardli.
3. Bertanggung jawab terhadap amanat yang
diberikan allah kepadanya, yaitu merealisasikan hukum-hukum Allah Subhanahu Wata’ala di muka bumi ini.
F.
Manusia Sebagai Peserta Didik dan Hamba
Allah Subhanahu Wata’ala
Pendidikan
secara Islam adalah merupakan upaya manusia merekayasa pembentukan al insan
al kamil melalui penciptaan institusi, interaksi[16], edukatif[17], yang kondusif[18]. Dalam posisinya yang
demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan sosial yang
paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa
depan, oleh sebab itu, maka pendidikan harus memiliki seperangkat isi atau
bahan yang akan disuguhkan kepada peserta didik agar memiliki kepribadian sesuai
dengan idealitas sebagai manusia, hamba Allah Subhanahu Wata’ala dan umat Islam.
1.
Aspek-Aspek Pembelajaran
Dalam
prakteknya, pelaksanaan pembelajaran manusia sebagai peserta didik dan hamba Subhanahu Wata’ala setidaknya memenuhi beberapa aspek berikut ini:
a.
Asas Agama, yaitu
prinsip-prinsip, asas-asas, dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber
ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
b.
Asas Biologis, yaitu dasar yang
mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik,
maupun jenis kelamin. Disamping aspek rohaniah, intelektual dan keterampilan.
Aspek fisik dan kebutuhan jasmani peserta didik juga harus dipenuhi.
c.
Asas Psikologi, yaitu prinsip
yang lahir di atas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti Motovasi,
kebutuhan, emosi, minat, bakat, sikap, keinginan, kecakapan akal dan lain
sebagainya.
d.
Asas Sosial, yaitu asas yang
bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan,
harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang. Sehingga
kelak peserta didik dapat berperan dan berguna di masyarakat.
2.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Berikut
ini dikemukakan beberapa prinsip dari ayat-ayat Al-Quran yang
dipergunakan sebagai rujukan pengembangan pembelajaran agar sesuai dengan
posisi manusia sebagai peserta didik dan hamba Allah Subhanahu Wata’ala:
a.
Prinsip-prinsip ke-tauhid-an
harus ditanamkan kepada diri peserta didik selaku hamba Allah Subhanahu Wata’ala, hal yang paling
prinsip dalam menanamkan nilai-nilai ketauhidan peserta didik adalah dengan
mempercayai adanya tuhan, sekaligus tidak mempersekutukannya. Jika prinsip
ketauhidan sudah tertanam pada diri siswa sejak dini, maka hal tersebut akan
tertanam pada jiwa siswa selamanya, berdasarkan pada Q.S.:31;13).
b.
Prinsip keteladanan, dalam
pembelajaran sangat diperlukan keteladanan dari pendidik, dan sebaik-baiknya
teladan adalah Rasulullah. Sholla-llaahu ‘Alaihi
Wasallam.
Yang telah menyampaikan ajaran islam kepada manusia. Berdasarkan dari Q. S.
(33):21).
c.
Berdiskusi, dalam pembelajaran
peserta didik diperlukan metode-metode yang cocok, salah satunya adala diskusi.
Dengan diskusi peserta didik dilatih untuk kemampuannya untuk berpendapat dan
menyampaikan argument, yang kelak pasti akan berguna dalam bermasyarakat,
berdasarkan pada Q.S (16): 125). Peserta didik dilatih untuk selalu
menyelesaikan semua permasalahan dengan jalan bermusyawarah yang mufakat,
berdasarkan Q.S.(42): 38).
d.
Peserta didik dilatih bagaimana
berakhlak dan bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan QS.
(06);(11).
e.
Inquiry (menemukan), pembelajaran
yang baik adalah dimana peserta didik dapat menyelesaikan dan menemukan apa
yang mereka pelajari dari hasil temuan-temuan yang mereka temukan sendiri,
bukan dari hasil pemberitahuan. Dengan ditemukannya pengetahuan mereka sendiri,
maka ilmu yang mereka pelajari akan lebih berma’na. Hal tersebut berdasarkan
pada Q.S. (6): 76-79).
f.
Pada peserta didik senantiasa ditanamkan
nilai-nilai kehidupan sebagai seorang muslim, daintaranya adalah untuk beramal
soleh dan berjuang untuk Islam. Hal tersebut berdasarkan pada Q.S. (2): 261).
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dalam
perspektif islam, peserta didik merupakan subjek dan objek. Dilihat dari segi
kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrohnya masing-masing. Mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan
fitrohnya.
Tercitanya
manusia dalam rangka, sebagai hamba Allah dan kholifah di bumi dan
implikasi-nya dalam pendidikan maka adanya pendidikan itu proses untuk menuju
kepada hamba yang sempurna, yaitu hamba yang ta’at atas perintah dan kehendak
Allah Subhanahu Wata’ala serta mampu
memegang amanah di muka bumi ini.
Pendidikan secara Islam adalah merupakan upaya
manusia merekayasa pembentukan al insan al kamil melalui penciptaan
institusi, interaksi, edukatif, yang kondusif. Oleh karena itu pendidikan harus
memperhatikan aspek-aspek dan prinsip-prinsipnya yang telah diuraikan dalam sub
BAB II.
B. DAFTAR PUSTAKA
Http//:jurnalismuslimah.wordprees.com/2012/04/30/makalah-filsafat-pendidikan-islam/
Http://Fajarnasrullah.Blogspot.Com/2012/01/Manusia Sebagai Peserta Didik dan Hamba Tuhan/
[1] Yang ta’at menjalankan
perintah-perintah Allah.
[2] Pendaerahan pemerintahan; pemberian wewenang oleh pemerintahan
pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur daerahnya sendiri.
[3] Pendirian suatu badan; lembaga; badan; adat kebiasaan. Ibid.
[4] Keadaan, kedudukan.
[5] Pengharapan; peninjauan.
[6] Hal memiliki rasa kasih yang besar; berkenaan dengan perasaan
(cinta) kasih sayang.
[7] berhubungan dng atau
melibatkan kognisi; 2 berdasar kpd
pengetahuan faktual yg empiris
[8] berhubungan dng aktivitas
fisik yg berkaitan dng proses mental dan psikologi
[10] orang
(perangsang) yg menyebabkan timbulnya motivasi pd orang lain untuk melaksanakan
sesuatu; pendorong; penggerak:
[12] penuh semangat
dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dng keadaan dsb;
mengandung dinamika;
[14] Kesimpulan; Keterlibatan atau keadaan terlibat; pelibatan;
penyelipan masalah.
[15] Bersifat jauh dari dunia empiris; terdapat di luar kosmos (Tuhan;
berdasarkan kerohanian).
[16] Pengaruh timbal balik; saling mempengaruhi satu sama lain.
[17] Kepengajaran; bidang pendidikan atau pengajaran.
[18] terkendali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar