BAB I
PENDAHULUAN
A.
Konteks Kajian
Islam adalah
agama yang menjunjung tinggi akhlak yang mulia. Esensi diutusnya Nabi Muhammad Shollā Allah ‘alaih wa sallam, adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Nabi Muhammad Shollā Allah ‘alaih wa sallam, bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ
اْلأَخْلاَقِ
Artinya: aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.[1]
Nabi Muhammad Sholla Allah ‘alaih wa sallam,
merupakan suri teladan bagi ummat manusia seluruh alam. Beliau diutus sebagai rahmatan
lil’ālamin.
Beliau adalah cerminan akhlak yang mulia. Segala akhlak yang mulia berpusat
kepada Nabi Muhammad Shollā Allah ‘alaih wa sallam,
karena beliau adalah muara akhlak yang mulia baik lahir ataupun batin.
Imam Al-ghozali (W. 505 H/1111 M) menegaskan bahwa tidak ada drajat yang
paling mulia melainkan dengan mengikuti perintah-perintah, tindakan-tindakan,
akhlak-akhlak dan budi pekerti nabi Muhammad Shollā Allah ‘alaih wa sallam, baik berupa ucapan, perbuatan,
akidah dan niat. Barang siapa yang tidak berakhlak mulia maka dia akan terhijab
dari segala kebaikan.[2]
Akhlak merupakan lambang kualitas muslim. Eksistensi
muslim ditentukan oleh bagaimana dia menerapkan akhlak yang mulia dalam
sendi-sendi kehidupannya. Akhlak merupakan manifestasi dari keimanan, dan
penerapan syarī’at
Islam. Baik dan buruknya akhlak menjadi tanda sempurna dan tidaknya iman
seseorang. selain itu, Baik dan buruknya akhlak juga merupakan tolok ukur
ketaqwa’an seorang hamba dalam menjalankan Syarī’at Islam.[3]
Kiai Hasyim Asy’ari (W. 1366 H/1947 M) dalam kitab Ādāb al-‘Ālim wa al-Muta’allim menyatakan
bahwa semua pekerjaan yang bersifat agama, baik yang bersifat hati, badaniyah;
perkataan atau perbuatan tidak akan dianggap sama sekali kecuali jika pekerjaan
tersebut diliputi dengan adab yang bagus, sifat-sifat terpuji dan akhlak yang
mulia.[4]
UUD 1945 meletakkan kewajiban kepada
Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
Nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.[5]
Bapak
pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara (W. 1378 H/1959 M) mengartikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti (akhlak mulia),
pikiran jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk
memajukan jasmani akan tetapi juga pikiran dan yang lebih penting adalah
memajukan budi pekerti (akhlak mulia) siswa didik sehingga mencapai
kesempurnaan hidup.[6]
Dari
beberapa uraian di atas dapat dimengerti bahwa akhlak merupakan perkara yang
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik secara pribadi, kelompok
masyarakat bahkan dunia pendidikan dan pelajar pada khususnya, sehingga wajar
apabila persoalan akhlak selalu mendapatkan perhatian yang serius dikalangan
Ulamā’,
Ahli Pikir dan Pemerintahan.
Saat ini, lingkungan pergaulan anak sudah sangat mengkawatirkan sekali. Perilaku
dan moralitas pelajar dan mahasiswa juga sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat
pada berbagai peristiwa yang mencoreng wajah pendidikan Indonesia.[7] Selain
itu, hasil laporan yang
dilakukan baru-baru ini oleh Organisasi Nonprofit Plan International dan ICRW
(International Center for Research on Women) juga menunjukkan wajah pendidikan
Indonesia yang buruk. Dalam laporan itu dipaparkan bahwa 84 persen pelajar di
Indonesia pernah mengalami kekerasan. Secara keseluruhan, 7 dari 10 anak
mengalami kekerasan.[8]
Paparan
di atas mengisyaratkan bahwa pembentukan dan penerapan akhlak mulia pada pelajar semestinya harus lebih
diperhatikan, karena hal ini merupakan suatu yang sangat urgen sekali terutama
bagi kelangsungan masa depan pendidikan Indonesia.
Syaikh az-Zarnuji (W. 640 H/1242 M) jauh-jauh hari
sudah menyimpulkan betapa penting sekali penerapan akhlak mulia bagi para
pelajar. Kesimpulan itu pula yang yang mendasari penyusunan karya monumental
beliau: Ta’līm al-Muta’allim. Beliau memaparkan bahwa kegagalan yang
terjadi pada para pelajar adalah dikarenakan kesalahan para pelajar dalam proses
menempuh pendidikan serta tidak mau menghiraukan syarat-syarat dalam menuntut
ilmu (diantaranya menetapi akhlak-akhlak yang mulia), sehingga mereka gagal dan
terhalang dari kemanfa’atan ilmu dan kesuksesan.[9]
Salah satu Ulama’ Indonesia yang memberikan kontribusi
dalam pendidikan akhlak mulia bagi pelajar kususnya dalam lembaga pendidikan
Islam tradisonal; Pondok Pesantren[10] ialah Kiai Ahmad Maisur Sindi (W. 1416 H/1996
M). Beliau merupakan sosok kiai yang telah melakukan rihlah yang panjang
dalam menuntut ilmu sebagai santri dari satu pesantren ke pesantren yang lain.
Beliau adalah sosok pelajar yang telah
mengenyam pendidikan dari berbagai Ulama’ terkemuka Nusantara di zamannya.
Diantara Ulama’ yang menjadi guru beliau adalah Kiai Hasyim Asy’ari, Tebu
Ireng, Jombang (W. 1366 H/1947 M) dan Kiai Muhammad Ihsan Dahlan (W. 1372
H/1952 M), Jampes, Kediri.
Kiai Ahmad Maisur Sindi adalah salah satu ulama’ yang
telah mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan agama Islam melalui pendidikan dan ilmu. Beliau
adalah Kiai sekaligus Ulama’ yang produktif dalam menyusun karya-karya ilmiyah
dari berbagai bidang ilmu agama. Setidaknya ada 12 karya ilmiyah telah
diterbitkan dan digunakan sebagai bahan ajar dalam lembaga pendidikan Islam
tradisonal di Indonesia. Sebenarnya masih ada beberapa karya ilmiyah yang lain
milik beliau yang belum diterbitkan, diantaranya adalah karya yang menjelaskan
tentang ilmu astronomi. Dalam kitab tersebut beliau menguraikan beberapa hal
yang menarik diantaranya rumusan mengenai berat volume bumi dan tata cara
sholat di bulan.[11]
Kiai Ahmad Maisur Sindi, adalah seorang ‘ālim “allamah
dari kota Purworejo Jawa Tengah yang merupakan salah satu kiai di Pondok
Pesantren Mahir ar-Riyadl Ringinagung Keling Kec. Kepung Kab. Kediri. Tapi
sungguh disayangkan namanya tenggelam dan hampir kurang dikenal oleh masyarakat
Kediri, walaupun karyanya banyak yang mengkaji terutama di madarasah-madarasah
diniyah di bawah naungan pondok pesantren klasik.
Karya kiai Ahmad Maisur Sindi yang mengulas akhlak
yang mulia bagi pelajar adalah kitab yang berjudul Tanbīh al-Muta’allim. Kehadiran kitab ini
sebagai respon atas pentingnya pendidikan akhlak mulia bagi para pelajar.[12]
Kitab Tanbīh al-Muta’allim sungguh menarik untuk dikaji dikarenakan
disusun dengan kalam Syair berbahar al-Basīth serta diikuti keterangan
dengan tulisan pegon berbahasa jawa tengah kromo ingge’l yang mudah
untuk dihafal dan dipaham oleh para pelajar. Karakteristik pemikiran beliau
dalam kitab ini persis seperti apa yang telah tergambar dalam kitab Ādāb
al-‘Ālim Wa al-Muta’allim karya guru beliau; kiai Hasyim Asy’ari. Pemikiran
beliau bercorak praktis, yang tetap berpegang teguh pada al-Quran dan
al-Hadits. Kecenderungan lain dalam pemikiran beliau adalah mengetengahkan
nilai-nilai yang bernafaskan sufistik. Beliau sendiri menyatakan bahwa
sejatinya bait-bait dalam kitab beliau adalah peringatan/pesan guru beliau;
Kiai Hasyim Asy’ari kepada para santri-santri yang terkadang ditambahkan beberapa
keterangan beliau sendiri dengan diberi label ziyādatī. Beliau menyatakan bahwa penyusunan kitab Tanbīh al-Muta’allim ini ditujukan
untuk semua pelajar pada umumnya dan untuk para pelajar pemula pada kususnya
agar supaya berguna sebagai tangga menuju tercapainya cita-cita yang mulia. [13]
Dengan mengingat dan mempertimbangkan beberapa hal yang telah
dipaparkan di atas maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian guna
mengungkap pemikiran kiai Ahmad Maisur Sindi tentang akhlak bagi pelajar dalam
sebuah kitab beliau yaitu, kitab Tanbīh al-Muta’allim dengan mengambil judul “Konsep Pendidikan
Akhlak Mulia Bagi Pelajar Menurut Kiai Ahmad Maisur Sindi Dalam Kitab Tanbīh Al-Muta’allim”.
B.
Fokus Kajian
Berdasarkan
konteks kajian yang telah dikemukakan maka dapat dikemukakan beberapa fokus
kajian sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan
akhlak mulia bagi pelajar menurut kiai Ahmad
Maisur Sindi?
2. Bagaimana
implikasi pendidikan akhlak mulia menurut kiai Ahmad Maisur Sindi dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Kajian
Kajian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui
konsep pendidikan akhlak mulia
bagi pelajar menurut kiai Ahmad Maisur Sindi.
2. Mengetahui
implikasi pendidikan akhlak mulia menurut kiai Ahmad Maisur Sindi dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Kegunaan Kajian
Peneliti berharap
hasil kajian ini nantinya
dapat digunakan sebagai:
1. wawasan
tentang konsep akhlak mulia bagi pelajar yang diuraikan dalam kitab Tanbīh al-Muta’allim oleh ‘ālim ‘allamah, Kiai Ahmad
Maisur Sindi.
2. acuan
dalam pembentukan dan pembenahan akhlak bagi pelajar dalam lembaga pendidikan
Islam dan lembaga pendidikan Nasional.
3. penanggulangan tindak kejahatan dan amoral
yang terjadi dalam lingkungan pendidikan baru-baru ini dimana kejahatan dan
tindakan amoral tersebut tidak bisa diobati hanya dengan menggunakan ilmu
pengetahuan saja melainkan dengan cara pendekatan moral dan akhlak.
4. Penjelasan atas pemikiran salah
satu Ulama’ Indonesia yang telah berjasa dalam pendidikan Islam di
Indonesia.
5. sebagai
khazanah keilmuan yang berguna untuk generasi penerus.
E. Metode Kajian
1. Jenis
Kajian
Jenis penelitian
ini adalah studi tokoh berbentuk penelitian kepustakaan (library research)[14],
yaitu penelitian yang fokus kajiannya pada buku-buku atau sumber kepustakaan
lain. Maksudnya, data-data dicari dan ditemukan melalui kajian pustaka dari
buku-buku yang relevan dengan pembahasan.
Penelitian studi tokoh
merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
(1973), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif: ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang
(subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan setting dan individu-individu
dalam setting itu secara keseluruhan. Subyek studi, baik berupa
organisasi, lembaga, atau individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang
terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai bagian dari suatu
keseluruhan (holistic). Melalui metode kualitatif, peneliti dapat
mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai sang tokoh secara pribadi dan melihat
dia mengembangkan definisinya sendiri tentang dunia dengan berbagai pemikiran,
karya, dan prilaku yang dijalaninya. Di samping itu, dengan metode kualitatif,
peneliti tokoh dapat menyelidiki lebih mendalam konsep-konsep atau ide-ide,
yang melalui pendekatan lainnya, akan kehilangan subtansinya.[15]
Singkatnya,
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh dan jelas tentang konsep
akhlak mulia bagi pelajar berdasarkan pemikiran kiai Ahmad Maisur Sindi.
2. Sumber
Data
a. Sumber
Primer
Sumber primer dalam
kajian ini adalah kitab Tanbīh al-Muta’allim, karya kiai Ahmad Maisur Sindi.
b. Sumber
Sekunder
Untuk menunjang
kajian, penulis membutuhkan sumber-sumber lain selain dari kitab Tanbīh al-Muta’allim yang penulis
kaji. Sumber-sumber sekunder itu adalah kitab Ihyā’ ulūmi ad-Dīn, Roudloh at-Thōlibīn
wa ‘Umdah as-Sālikīn, Ta’līm al-Muta’allim, Ādāb al-‘Ālim Wa
al-Muta’allim, Mufīd at-Thullāb,
dan kitab-kitab lain serta buku-buku yang ada kaitanya dengan kajian penelitian seperti Manusia
Dan Pendidikan, Psikologi Belajar, Psikologi Agama, Ilmu Jiwa Belajar, dan
lain-lain.
3.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Dokumentasi
Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam
arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan.[16] Metode dokumentasi juga didefinisikan dengan
pengumpulan data dengan menggunakan data yang didokumentasikan, baik berupa
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.[17]
b.
Wawancara
Peneliti
menggunakan metode ini dikarenakan masih ada ahli waris dan saksi hidup yang
bisa dimintai keterangan terkait masalah yang diteliti oleh peneliti. Metode wawancara adalah cara untuk
mengumpulkan data yang digunakan peneliti dengan mengunakan pertanyaan lisan kepada
pihak-pihak yang sekiranya
berkaitan dengan masalah penelitian.[18]
4. Teknik Analisis Data
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan
untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab. Analisis data merupakan bagian yang terpenting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisislah data tersebut dapat berguna dalam memecahkan masalah
penelitian. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam skripsi ini berupa
kata-kata bukan berupa angka-angka yang disusun dalam tema yang luas.
Dalam menganalisis data setelah data terkumpul,
peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a.
Metode Analisis Domain (Domain Analysis), yaitu
analisis yang digunakan untuk mendapat gambaran yang bersifat umum dan relatif
menyeluruh terhadap fokus studi. Dengan analisis domain, hasil yang diperoleh
merupakan kumpulan jenis domain atau kategori konseptual berserta kategori
simbolis yang dirangkumnya. Teknis analisis ini sangat relevan untuk untuk
dipakai dalam studi yang bersifat eksploratif. Artinya, analisis hasil studi
hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari sang tokoh [atau obyek yang dikaji], tanpa
harus dirinci unsur-unsurnya secara detail.[19]
b.
Metode
Analisis Isi (Content Analysis), yaitu analisis ilmiyah tentang isi
pesan suatu komunikasi dari sebuah buku atau dokumen. Metode Analisis Isi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian operasional jenis analitik
yang terdiri dari beberapa fase sebagai berikut :
Fase I: rencana awal yang dimulai dari sebuah fenomena
(sampling) dari masalah (categories),
penyatuan atau pembentukan persepsi (unitizing), pengukuran masalah (measurement),
dan pengajuan kerangka teori (posing).
Fase II: pengolahan
data yang diambil dari beberapa refrensi berdasarkan pada fase I. Data tersebut
disaring menjadi beberapa data kecil yang kemudian dianalisa sampai
menghasilkan sebuah kesimpulan.
Fase III: kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian
dicek sesuai dengan refrensi yang digunakan.[20]
F. Definisi Isthilah
Untuk menghindari
terjadinya salah pengertian dan persepsi dalam memahami beberapa isthilah yang
digunakan oleh penulis dalam skripsi ini, maka penulis perlu mengemukakan
beberapa definisi operasional, antara lain:
- Konsep Pendidikan Akhlak Mulia
konsep berarti ide umum; pengertian; pemikiran;
rancangan; rencana besar.[21]
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentukya kepribadian yang
sempurna.[22]
Akhlak ialah
sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari
manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama manusia ataupun terhadap
dirinya sendiri. Dengan kata lain akhlak disebut moral.[23] Jika
sikap yang digerakkan oleh jiwa menimbulkan tindakan dan perbuatan yang baik
maka disebut dengan akhlak mulia, namun jika sikap yang digerakkan oleh jiwa
menimbulkan tindakan dan perbuatan yang buruk maka disebut akhlak yang tercela.[24]
Dengan
demikian konsep pendidikan akhlak mulia adalah pemikiran atau ide umum yang
digunakan untuk membimbing seseorang agar dapat bertindak dan berbuat hal-hal baik yang timbulnya dari dalam
jiwa.
- Kiai Ahmad Maisur Sindi
Kiai secara kebahasaan
berarti seseorang yang dipandang ‘alim (pandai) dalam bidang agama Islam. Kiai
dalam masyarakat Jawa adalah orang yang dianggap menguasai agama Islam dan
biasanya mengelola dan mengasuh pondok pesantren.[25]
Ahmad maisur
Sindi merupakan nama salah satu ulama’ dari daerah Purworejo Jawa Tengah yang
merupakan salah satu kiai dan pengasuh pondok pesantren Mahir ar-Riyadl
Ringinagung, Keling, Kepung, Pare, Kediri yang telah menyusun kitab Tanbīh al-Muta’allim fi Ādāb al-Muta’allim yaitu kitab yang penulis jadikan tema dalam
penyusunan skripsi ini.
- Kitab Tanbīh al-Muta’allim
Tanbīh
al-Muta’allim adalah salah satu kitab karya kiai Ahmad maisur Sindi yang
disesuaikan dan disediakan bagi para pelajar pada umumnya dan untuk para
pelajar-pelajar madarasah di pondok-pondok pesantren khususnya pada tingkatan
Ibtidaiyyah. Kitab Tanbih al-Muta’allim adalah sebuah karya dalam bentuk nadhom
(syi’ir) berbahar basith. dengan menggunakan terjemah arab pegon (ma’na
ta’liq).
Jadi maksud dari judul: Konsep Pendidikan Akhlak
Mulia Bagi Pelajar Menurut Kiai Ahmad Maisur Sindi Dalam Kitab Tanbīh al-Muta’allim adalah penelitian terhadap suatu cara
atau hasil berfikir kiai Ahmad Maisur Sindi tentang akhlak-akhlak mulia yang berguna
untuk diterapkan kepada para pelajar
agar mereka tidak salah dalam menempuh pendidikan dan agar mereka
menjahui hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan dalam proses belajar yang
dituangkan dalam sebuah kitab yang berupa nadhom (sya’ir) dengan menggunakan
terjemah jawa arab pegon dan ma’na ta’līq yang
berjudul “Tanbīh
al-Muta’allim”.
G. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah
memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai skripsi ini dan lebih
teratur dan sistematis maka perlu adanya sistematika pembahasan yang sekaligus
sebagai kerangka berfikir peneliti.
Adapun sistematika pembahasan pada skripsi ini adalah sebagai
berikut:
Bab I: Pendahuluan, berisi
tentang tinjauan secara global permasalahan yang dibahas dalam kajian ini serta
dikemukakan beberapa masalah meliputi: a) konteks kajian, b) fokus kajian, c) tujuan kajian, d) kegunaan
kajian, e)metode kajian, f) definisi istilah, dan g) sistematika
penulisan.
Bab II: Biografi membahas
tentang a) riwayat kehidupan/identitas diri kiai Ahmad Maisur Sindi, b) perjalanan pendidikan, c) kiprah, dan d) karya-karya kiai Ahmad Maisur Sindi.
Bab III: fokus kajian pertama: deskripsi pendidikan
akhlak mulia bagi pelajar perspektif kiai Ahmad Maisur Sindi, membahas tentang a)
pendidikan akhlak mulia b) kitab Tanbīh al-Muta’allim dan, b) konsep pendidikan
Akhlak mulia perspektif kiai Ahmad Maisur Sindi dalam kitab Tanbīh
al-Muta’allim.
Bab IV: fokus
kajian kedua: analisis konsep pendidikan akhlak mulia perspektif kiai
Ahmad Maisur Sindi, membahas tentang: a) signifikasi dan relevansi pendidikan
akhlak perspektif kiai Ahmad Maisur Sindi, b) implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari dan Konstruksi kitab Tanbih dalam kontek linguistik.
BAB V: Penutup yang merupakan
bab terakhir membahas tentang a) kesimpulan, dan b) saran-saran.
[1] Ahmad bin al-Hasan bin ‘Ali, Sunan
Al-Baihaqi Al-Qubro, al-Maktabah as-Syamelah, 10 :191 (Al-Maktabah As-Syamelah
: Digital, 1994)
[2] Abu Hamid
Muhammad al-Ghozali, Majmu’ah Rosa’il al-Imam al-ghozali: Roudloh at-Tholibin Wa ‘Umdah as-Salikin, (Bairut: Dar
Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2006), h. 10.
[4] Muhammad Hasyim Asy’ari, Adab al-‘Alim wa
al-Muta’allim, (Jombang: Maktabah Turots al-Islami, 1387 H), h. 11
[5] Yasin Nur Falah, “Ilmu Jiwa Belajar”, (Kediri:
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri, 2008), h. 58.
[7]Rachmad Faisal Harahap “Perilaku Amoral Siswa Turunkan Mutu Pendidikan” Antara on line, http://www. Antara.co id. 27 Desember 2013, diakses tanggal 4 Maret 2015
[8] “7 dari
10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan di Sekolah” Kompas on line, http://www. Kompas. Com, Jumat, 27 Februari 2015 | 07:15
WIB diakses tanggal 4 Maret 2015
[9]An-Nu’man bin Ibrohim bin al-Kholil az-Zarnuji,
Syarah Ta’lim al-Muta’allim, (Semarang: Thoha Putra, t.t.) h. 3.
[10] Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
tradisional yang tertua di Indonesia dan merupakan lembaga yang diterapkan umat
Islam di Indonesia yang secara defakto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
Hasbullah, “Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), h. 40.
[11] Ahmad Maisur Sindi, al-Hawasil
al-Munadldlirot, (Kediri: t.p., 1978), h. 11 & h. 111.
[14] Arief Furchan dan Agus
Maimun, “Studi Tokoh”: Metode
Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 15.
[15] Ibid. h 16-17.
[16] Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:
Gramedia, Pustaka Utama, 1997) h. 129.
[17] Tim Penyiapan Naskah,
Pedoman Penulisan skripsi Institut Agama Islam Tribakti (IAIT), (Kediri:
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), 2014), h. 34.
[22] Ahmad
Tafsir, “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam”, (Bandung: P.T Remaja Rosda Karya, 1992), h. 25-26
[23] Mas’ud Khasan Abdul Qohar Dkk.”Kamus
Istilah Pengetahuan Populer”, (Yogyakarta: C.V. Bintang Pelajar, t.t.), h.
14.
[25] Dewan Ensiklopedi Islam, “Ensiklopedia
Islam” (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Vanhove, 2002), Vol. 3, h. 61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar