![]() |
Menuju

Jembatan
Menuju Diskutor Profesional

M. Yasin Baihaqi
بسم الله الرحمن الرحيم
Prolog
قال تعالى : وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Allah swt. Berfirman “
Berdiskusilah kamu (Muhammad saw) dengan mereka (Shahabat) dalam suatu
permasalahan “.
قال الضَحاك بن مزاحم قوله :"وشاورهم في الأمر"، قال: ما أمر
الله عز وجل نبيَّه صلى الله عليه وسلم بالمشورة، إلا لما عُلم فيها من الفضل.
Al-Imam al-Dhahak ibn Muzaahim berkata
“ Allah –Maha Suci dan Agung– tidak memerintahkan Nabi saw. Dengan
berdiskusi kecuali telah maklum bahwa di dalamnya terdapat sebuah nilai lebih
“.
Al-Imam al-Dhahak ibn Muzaahim
قال سيدنا حسن رحمه الله تعالى : ما شاوَر قوم قط إلا
هُدُوا لأرشد أمورهم.
“ Selamanya,
masyarakat tidak berdiskusi kecuali akan menelurkan sebuah solusi pada
urusan-urusan mereka “
Sayyidina al-Hasan ra.
Kiranya, referensi di atas –lebih
dari cukup– untuk
memangkas jiwa sombong, rasa
malas dan/ kejenuhan kita terhadap forum diskusi.
M. Yasin Baihaqi
BAB I
FORUM MUSYAWARAH
Forum musyawarah –dalam hal ini adalah Bahtsul
Masaail- merupakan wujud dari persatuan sekaligus kedewasaan. Bagaimana
tidak, kadang peserta musyawarah harus dipaksa untuk menyetujui bahkan
membenarkan konflik yang mungkin masih dipertanyakan kebenarannya.
Terlepas dari itu semua, kebutuhan akan
bermusyawarah bagi kita semua adalah tidak
bisa kita elak-kan, karena telah melemahnya daya jelajah
intelektual ummah yang –pasti- semakin hari semakin konkrit kelemahannya.
Maka dari itu timbul-lah sebuah istilah kebeneran yang kita yakini belum-lah
tentu benar buat orang lain. Maka hanya melalui –jalur musyawarah-lah kita
perlu menyatukan berbagai ragam argumentasi.
Merujuk dari fakta di atas, perlu
diketahui, dalam forum ini akan terbentuk dan berjalan bila sudah memenuhi
beberapa hal yang harus ada dalam forum tersebut. Hal yang dimaksud adalah
wujudnya nara sumber, pembahas, penanya, perumus, pentashih.
A. Narasumber
Narasumber adalah seorang
yang bisa memberikan keterangan tentang permasalahan yang menjadi topic
pembahasan.
B. Perumus
Perumus merupakan
bagian yang sangat penting dalam sebuah forum diskusi semacam Bahtsul
Masaail. Karena –hanya– perumus-lah yang bias menjadi penengah dan sekaligus pemecah kebuntuan sewaktu
materi pembahasan ruwet dan rancau. Sedari itu, perumus harus-lah
termasuk piawai dan pakar dalam urusan diskusi serta matang dalam penguasaan materi.
Apalagi bila menimbang tugasnya sebagai perumus (pematang) jawaban dari
peserta.
C. Pentashhih
Selain mengamini
rumusan jawaban yang telah tertata rapi oleh perumus, seorang pentashhih
harus lebih jeli dan mahir –mestinya– ketimbang perumus. Karena rumusan
jawaban –sebelum dishahihkan seyogya-nya perlu pentelaahan ulang
serta pengkajian yang lebih matang. Lain dari pada itu, konflik yang acap
kali terjadi di antara para perumus adalah beban yang juga harus mampu diselesaikan
dengan bijak oleh pentashih.
Melihat fenomena di
atas, diskusi akan berjalan normal bila kemampuan nalar dan/ intelektual
perumus di atas pembahas dan berada di bawah pentashhih.
D. Pembahas
Pembahas adalah
bagian terpenting dalam forum ini. Karena jawaban yang akan terbentuk merupakan
buah dari argumentasi para pembahas. Sedari itu, seorang pembahas
harus-lah benar-benar orang yang handal dan berkarakter kuat serta memiliki
persiapan yang matang.
-
Bersuara lantang dan bernada bicara meyakinkan. Artinya, bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang bersahabat dan menarik.
-
Berpenampilan dan berbudi sopan dan santun.
-
Kuat dalam menggagas dan mempertahankan pemikiran yang telah ia
sampaikan. Artinya, mampu mematahkan segala isykal yang dating dari para
pendebat.
-
Tidak temperamental dan emosional dalam menghadapi ketat dan panasnya
forum diskusi.
-
Selalu mengedepankan kedewasaan. Artinya, seorang yang ahli diskusi yang
tangguh adalah yang mengerti kalau argumentasinya tidak-lah harus benar,
sehingga bila hujjah yang mendasari argumentasi yang ia usung sudah
tidak layak jual, maka ia –dengan gantle – dan jiwa besar ala
kesatria, mengakui kelemahan pendapatnya, dan berkata “ Ya, Saya tadi
melakukan kesalahan”.
Dan karakter
ini-lah yang langka dimiliki oleh tukang diskusi, walaupun hal tersebut
wajib adanya. Yakinlah, dengan mengakui kekalahan argumentasi yang telah kita
kemukakkan –sedikitpun– tidak akan mengurangi wibawa dan ke’aliman kita di mata
orang lain. Justeru akan nampak bodoh bila kita dengan mati-matian berusaha
mempertahankan pendapat kita yang jelas-jelas keliru. Ingat-lah, tidak perlu gengsi
untuk mendapat kebenaran.
Dan untuk menuju kea rah
tersebut, seorang pembahas harus-lah memiliki argumentasi kokoh.
I.
Argumentasi Yang Kuat
-
Argumentasi yang berdasar pada sebuah ‘illah al-hukm yang falid
dan konkrit.
-
Argumentasi yang searah dengan materi dan topik yang diperdebatkan.
-
Penyampaian yang tertata rapi, jelas dan tidak terkesan mengada-ada.
II.
Menuju ‘Ibaarah Yang Kuat
1.
Pemahamam Masalah
Sebelum mencari ibaarah, seorang
peserta musyawarah harus terlebih dahulu memahami karakter pertanyaan. Karakter
yang dimaksud adalah
1.
Tujuan dari pertanyaan
2.
Umum atau khususnya permasalahan
3.
Cakupan pertanyaan
4.
Kemusykilan pertanyaan
2.
Cara Penggalian ‘Ibaarah
Setelah faham betul dengan pertanyaan,
barulah peserta Mencari ‘ibaarah yang diperlukan. ‘Ibaarah dan/
yang lebih populer disebut dengan referensi (rujukan) adalah sesuatu dasar atau
acuan para pembahas untuk menjawab materi yang diperdebatkan. Sehingga ibarah
yang dibutuhkan adalah yang bisa mencakup semua aspek yang mungkin terjangkau
oleh materi. Artinya, kemungkinan sekecil apapun harus diperhitungkan.
Selain itu, perbendaraan ‘ibaarah, bagi
seorang peserta juga sangat penting. Artinya, seorang peserta tidak hanya
memiliki satu ‘ibaarah saja, walaupun toh itu sama. Karena
semakin banyak ‘ibaarah yang dimilki –apalagi berbeda – beda– akan lebih
memperkokoh kekuatan argumentasi yang akan disodorkan.
Untuk mempermudah proses penggalian
tersebut, akan kami tuturkan sebagamana berikut :
1.
Memasukkan pada bab pertanyaan
Caranya dengan mengetahui secara detail
syarat-syarat atau kriteria setiap bab yang potensial tercakup oleh
pertanyaan.
Misalkan bab fa’il, maka pembahas
harus tahu syarat fa’il, hukum, dan yang terkait dengannya.
2.
Pembedahan pertanyaan
Artinya, mulai dari deskripsi sampai
pada pertanyaan harus dipahami 100 %. Misalkan
ada pertanyaan إن قام زيد termasuk jumlah apa ? maka, dimulai dengan setatus إن ; termasuk kalimah apa ?, kemudian baru قام زيد
3.
Penjelajahan ‘ibaarah
Setelah masuk pada suatu bab, maka perjalan
selanjutnya adalah masuk pada fashal atau qadiyah yang ada dalam
bab tersebut.
Misalkan ada pertanyaan ; Bagaimana pembacaan
yang benar dalam lafadz سيبويه ?, maka harus masuk pada
beberapa bagian bab atau bahkan fashal. Setelah diketahui lafadz
tersebut adalah tarkib mazji, ghair al-munsharif dan ‘alam, maka
semua bab atau fashal tersebut harus dimasuki. Kalau tidak, maka rumusan
jawaban yang kita dapatkan hanyalah baru sebagian, artinya tidak mencakup
keseluruhan atau bahkan tidak akan mendapatkannya sama sekali.
4.
Presentasi Kutub
Hal ini sangat penting, terutama untuk kalangan
pemula. Artinya, sewaktu mencari ‘ibaarah harus-lah dimulai Dari kitab
yang paling mudah dalam bentuk penyajian dan bahasanya. Misalkan Jaami’
al-Duruus al-‘Arabiyyah, Qawaa’id al-Lughah al-‘Arabiyyah, dll. Karena akan
sangat membantu untuk proses awal pengasahan. Baru setelah itu, melangkah pada
kitab-kitab yang lawas yang lebih sulit bahasa dan pemahamannya.
5.
Lintas al-Kutub
Setelah selesai otak-atik satu
kitab, maka harus berlanjut pada kitab yang lain, walaupun toh sudah ada
gambaran konkrit ‘ibaarah atas materi permasalahan. Sebab, antara kitab
satu dan laiinya kadang tidak sama muatannya, bahkan hukumnya. Bila hanya fokus
pada satu ‘ibaarah atau satu kitab, maka pembahas akan jatuh sewaktu
terdebat oleh ‘ibaarah lain yang berseberangan dengan acuan ‘ibaarahnya.
Dan yang harus diketaui, semakin banyak ‘ibaarah
yang ada dalam genggaman pembahas semakin luas dan kuat-lah argumentasi
yang akan dilontarkan.
6.
Agenda Pencarian ‘Ibaarah
Untuk menghasilkan ‘ibaarah yang konkrit
dan banyak, maka dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Minimal adalah 3
hari dan idealnya adalah 5 hari
untuk satu permasalahan.
Caranya, setelah mendapat pertanyaan,
maka –paling tidak– harus segera diteliti dan pahami. Kemudian baru proses
pencarian dan pemahaman ‘ibaarah.
Sebenarnya hal ini tidak berat bila
pembahas pandai mengatur dan mensiasati. yaitu dengan menyisakan waktu 1 jam
setiap hari untuk proses tersebut. Insya-Allah tidak terasa berat dan
penat. Beda kalau cuman dadakan, walaupun meluangkan 5 jam, hasil yang
didapatkan tidak akan maksimal. Karena pikiran terlalu tegang dan lelah.
7.
Pemahaman
'Ibaarah
Setelah 'ibaarah dirasa cukup, maka
proses selanjutnya adalah pemahaman. Dalam memahami 'ibaarah ada beberapa kiat,
namun yang paling tepat adalah dengan :
1. Memulai dari
kitab matan.
Sebelum paham betul dengan
kitab matan, maka jangan pindah ke syarah, apalagi haasyiah, karena hanya akan
mempekeruh pemahaman. Selain itu, matan adalah dasar, kalau dasarnya saja belum
bisa dicerna apalagi syarahnya, haihaata.
2. Kitab Syarah
Kitab syarah sangat-lah
berguna, karena dalam syarah terdapat penjelasan-penjelasan yang kadang tidak
terjangkau oleh nalar pembahas. Sedari itu, tidak boleh meninggalkan syarah dan
merasa cukup dengan matan. Karena muatan matan masih sangat global, dan perlu
penjabaran.
3. Pemahaman haasyiah
Setelah keterangan syarah
dipahami, maka perlu beranjak dalam haasyiah. Karena dalam haasyiah ini-lah
berbagai keanehan dan ragam bahkan konflik argumentasi para ulama'
tercantumkan.
4. lintas kutub
setelah matang dalam satu
kitab, maka perlu perbandingan dengan kitab yang lain. Hal ini bertujuan untuk
pengayaan daya jelajah intelektual pembahas. Selain itu, bertumpu hanya pada
satu kitab, dalam Bahtsul Masaail hanya akan menambah fanatik dan kejumudan.
Maka tidak ada alas an bagi pembahas professional untuk puas dengan satu
'ibaarah saja.
Tambahan :
Di antara hal-hal yang membantu proses
pencarian 'ibaarah –terlebih- pemahamannya adalah adanya seorang partner yang
kapasitasnya di atas pembahas. Sebab, segala kebuntuan pemahaman akan segera
teratasi bila ada sosok tersebut. Dan paling tidak bisa diajak bediskusi.
CARA MENGATASI NERFOUS
Dredeg, kurang percaya diri dan khawatir salah
adalah hal yang lumrah dimiliki oleh para pemula. Namun –pada dasarnya- hal
tersebut bisa diatasi dengan pelbagai konsep, antara lain :
1.
Melakukan persiapan yang mumpuni sebelu tampil.
2.
Aktif dalam segala aktifitas yang menuntut untuk tampil di hadapan umum.
3.
Ghirrah (semangat) yang kuat untuk bisa
tampil dihadapan umum.
4.
Menganggap sama semua anggota yang hadir dalam forum tersebut.
5.
Berdo’a “ أنا مبلغ والله يهدي “
BAB II
Menuju Moderator
Profesional
Kesuksesan forum
diskusi –Bahtsul Masaail – tidak bisa terlepas dari seorang pemimpin
yang mumpuni dan professional. Alotnya sebuah pembahasan, selain karena memang
sulitnya materi yang dibahas, sangat besar kemungkinannya disebabkan seorang
pemimpin diskusi (moderator) yang kurang berpengalaman.
Sedari itu, akan
kami tuturkan beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang moderator yang
handal dan professional, sehingga dapat membuahkan hasil atau keputusan yang
benar-benar sesuai dengan fakta konkrit dan memuaskan semua anggota
majelis.
A.
Karakter Moderator
1.
Tegas tapi santun
Seorang moderator
harus-lah mempunyai ketegasan dalam menyikapi setiap keadaan yang terjadi dalam
forum. Misalkan ada peserta yang nyolonong dan semaunya sendiri dalam
berargumen, maka secara tegas moderator harus berani menegur dengan kata-kata
yang santun.
Contoh : Ringinagung…. !
Nanti kalau tetap nyolong tidak saya kasih waktu lho….
2.
Adil dan bijak
Adil –dalam hal
ini– adalah mencakup :
a.
Tidak memihak kepada salah satu argumentasi peserta,
tidak mengedepankan pendapatnya sendiri.
b.
Tidak mengedepankan dan memaksakan jawabannya sendiri.
c.
Adil dalam membagi waktu antara peserta (mujiib), perumus
dan pentashhih. Kkhusus untuk peserta, seorang moderator harus benar-benar piawai
dalam mengkoordinir, artinya ia harus tahu mana pendapat yang harus
diutamakan dan mana yang tidak. Sehingga pembahasan tidak terlalu bertele-tele
dan alot. Adil dalam hal ini bukan-lah memberi waktu pada semua peserta,
melainkan tahu mana pendapat yang lebih mengarah pada pertanyaan atau tidak.
3.
Cakap dalam berbahasa
Masalah bahasa,
dalam forum diskusi –misalkan Bahtsul Masaail– merupakan salah satu hal yang fital. Artinya, ketidak
fahaman seorang moderator atas pemaparan yang disampaikan oleh peserta karena
unsur bahasa akan sangat membahyakan terhadap kesuksesan majelis tsb. Maka dari
itu, seorang moderator disyaratkan harus cakap dalam berbahasa, terlebih bahasa
yang bisa difaham dan memengerti oleh semua anggota majelis.
Adapun bahasa
yang dimaksud adalah :
a.
Bahasa Indonesia, mengingat bahwa bahasa ini bisa
dimengerti semua kalangan.
b.
Bahasa Arab (kitab), mengingat ibaarah-ibaarah yang
menjadi referensi dari forum ini mayoritas mengacu pada kitab-kitab dalam
lingkup literatur bahsa arab.
c.
Bahasa Populer, mengingat banyaknya para peserta,
perumus dan bahkan pentashhih yang menggunakan
bahasa tersebut.
4.
Berjiwa pemimpin
Artinya mampu
bersikap konsisten, tegas dan berwibawa.
5.
Bertalenta tinggi
Seorang moderator
harus-lah cerdas, mempunyai intelektual tinggi dan cekatan atau cepat
tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam majelis, khususnya masalah ibaaroh,
interupsi dari peserta atau arahan dari perumus dan pentashhih. Bila
moderator kendo dalam pemahamannya, maka dapat dipastikan ruwet dan
berlarut-larutnya perjalanan musyawarah. Bahkan bisa deadlog.
6.
Faham dan tahu betul dengan materi pembahasan
Faham akan materi
yang diperdebatkan bagi seorang moderator adalah sangat penting. Untuk menuju
moderator yang profesional haruslah menguasai segala aspek yang mungkin akan
terjangkau oleh semua jawaban peserta. Segala kemungkinan haruslah ditelusuri
sampai ke akar-akarnya. Akan sangat kentara moderator yang sudah melakukan
persiapan dengan matang dan yang asal-asalan. Biasanya, moderator kok
mbulet, bingung dan kurang tanggap, itu tandanya kurang persiapan.
7.
Tidak tempramental
Sebagai seorang
pemimpin musyawarah, dituntut harus bersikap dewasa, tidak mudah terpancing
emosinya dan tegar dalam menerima kritikan dari anggota majelis. Bila sedikit
saja moderator terpancing emosi, maka hanya akan memperkeruh suasana dan
menjauhkan mufakat dari para peserta. Andaikan berhasil menelurkan
keputusan, maka keputusan tersebut tidaklah mardiyun ‘anhu.
8.
Bersikap aktif dan menggairahkan
Sikap aktif
artinya moderator tidak diam dan selalu menunggu argumentasi dari peserta.
Sebaliknya moderator harus pandai-pandai mengomentari pembicaraan peserta
dengan sigap dan tepat serta mampu mengatur perjalanan musyawarah.
Selain itu,
moderator juga dituntut bisa mencairkan suasana yang perlu dicairkan. Bisa
dengan sikapnya yang humoris atau banyolan-banyolan ala kadarnya (intermishow).
Hal ini bertujuan agar agnggota majelis tidak jenuh dan tetap bersemangat dalam
membahas permasalahan pelik yang disuguhkan.
B.
Kiat Kinerja Moderator Profesional
Setelah memiliki
karakter wajib di atas, maka akan kami tuturkan tata cara seorang
moderator menjadi pemimpin musyawarah :
1.
Mengucapkan salam, Shalawat, dan mukaddimah
secukupnya.
2.
Membacakan permasalahan yang akan dibahas dan meminta isykal
dari para peserta. Bila ada kemusykilan yang masuk, maka sepenuhnya
diserahkan kepada pihak penanya atau notulis. [i]
3.
Menarik tiga jawaban berbeda dari peserta serta
menyaringnya. Bila ada jawaban yang searah maka cukup mengarahkannya pada
jawaban yang sudah ada. Artinya, tidak semua jawaban dimasukkan dalam wacana
pembahasan. Hal ini menilik pada mayoritas jawaban itu berkutat diantara
tiga hal :
Fan
al-Nahwi wa al-Shorfi : Boleh, tidak dan tafsshil.
Fan
Fiqh : Sah, tidak dan tafshil atau halal, haram dan tafshil.
Dan
yang harus diingat, semua peserta berhak mengajukan pendapatnya dan pasti ingin
diterima, namun moderator cukup menyingkronkannya menjadi tiga.[ii]
4.
Pembacaan ibaarah yang menjadi rujukan dari
jawaban para peserta, serta titik tekannya dan uraiannya.
5.
Memulai season I’tirad dan I’tidhadh.
Hal
yang harus diperhatikan sebelum memulai season ini adalah menelalaah dan
memperkirakan lemah dan kuatnya tiga argumentasi tsb. Setelah itu, moderator
harus memulai dengan pendapat yang dianggap paling lemah, standart, lalu
mengakhirinya dengan yang paling kuat. Tujuannya adalah untuk meratakan
pembahasan.
Dalam
season inilah moderator dituntut kerja maksimalnya. Karena lancar dan
suksesnya sebuah musyawarah, yang nantinya menelurkan sebuah jawaban terdapat
dalam season ini.
6.
Meruncingkan argumentasi peserta
Setelah
peserta saling mengkritik dan mengkritisi jawaban peserta yang lain (kira-kira
0,5 jam), maka seorang moderator harus bisa menarik kesimpulan awwal; mana
argumentasi yang harus diprioritaskan. Setidaknya moderator bisa tahu hal
ini dari kuat dan tidaknya peserta dalam mengembalikan sanggahan-sanggahan
peserta yang lain.
7.
Meminta pengarahan dari tiem undangan & perumus
Hal
dilakukan untuk mengetahui apakah pembahasan yang telah dilakukan oleh para
peserta telah sesuai dengan ideologi perumus atau belum. Sebab
–setidaknya– perumus profesional tahu betul tentang ketepatan
pembahasan.
Bila
ternyata arahan perumus menyimpang dari pembahasan peserta, maka moderator
harus mengedepankan arahan perumus dengan cara mengembalikannya pada peserta.
Hal ini bertujuan untuk menyatukan pendapat peserta dan arahan perumus.
8.
Mengeliminasi (menggugurkan) & menetapkan
argumentasi
Seorang
moderator harus tegas dan berani menkotak jawaban peserta yang sudah
tidak layak bahas. Namun tetap dengan bahasa yang ramah dan santun. Setelah
itu, menetapkan salah satu jawaban yang dinilai paling kuat dan mendekati pada
jawaban.
9.
Menyimpulkan jawaban & Menyerahkannya pada perumus
Setelah
semua dan/ mayoritas[iii]
peserta sudah sepakat dengan jawaban yang ada, maka moderator harus bisa
menarik sebuah kesimpulan akhir dan menyerahkannya kepada perumus. Dalam hal
ini, biasanya perumus akan menggodok kesimpulan jawaban peserta dan
kemudian baru merumuskannya.
Permasalahan
–mungkin– timbul ketika antara para perumus terjadi silang pendapat. Bila
kondisinya semacam ini, maka moderator harus bisa bersikap bijak dalam
menanganinya. Yaitu dengan menutup kesempatan untuk peserta untuk ikut campur
dan mengadu argumentasi yang berbeda dari para perumus tsb.
Bila
tidak ada yang mau mengalah[iv]
maka moderator harus meminta pencerahan dari pentashhih untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Disinilah akan terlihat, seorang pentashih yang handal dan asal-asalan.
[v]
10. Mentashhihkan
jawaban
Rumusan
jawaban yang telah disepakati oleh dewan perumus, haruslah ditashihkan kepada
pentashih, untuk dimintakan al-faatihah.
BAB III
MUSYAWARAH KELAS
Sebagaimana lazimnya
forum musyawarah, musyawarah kelas juga sangat perlu untuk diperhatikan
kwalitasnya. Mengingat dari kelas-lah muncul para generasi yang profesional
dalam mengotak-atik sebuah permasalahan. Bahkan –menurut hemat kami–
maju mundurnya generasi terletak dalam situasi muyawarah kelas. Artinya, bila
kelas hidup, maka kesempatan memunculkan generasi emas juga terbuka lebar.
Sebaliknya, bila kelas jumud dan laa yahya wa laa yamuut, maka
akan sulit menelurkan kader-kader handal dan piawai, kalau pun ada, mungkin itu
adalah sebuah keajaiban.
Maka dari itu,
dibawah ini akan kami selorohkan beberapa methodologi efektif –insya Allah–
yang kiranya bisa membantu menuju musyawarah kelas yang sehat dan bermutu.
- Tata Cara Musyawarah Aktif
1.
Pembukaan
2.
Pembacaan materi oleh penyawir
3.
Penyimakan oleh para peserta musyawarah
4.
Pemaparan atau penjelasan oleh penyawir (ngebor)
5.
Pembahasan materi
6.
Penutup
B.
Membentuk Musyawarah Aktif
1.
Peserta dikelompok-kelompok. Tujuannya untuk lebih
memancing emosi dan ghirrah peserta dalam bermusyawarah.
2.
Peserta fokus dalam mengikuti perjalanan musyawarah.
Tidak nerocos sendiri, rokok-rokokan atau tidur ria.
3.
Ada Pembina musyawarah yang aktif dalam mengarahkan.
C.
Penyawir
Sebagaimana
lazimnya seorang orator, seorang penyawir dituntut harus bisa menjelma
sebagai obyek yang layak jual. Artinya, kehadirannya –seakan-akan– mampu menyihir
minat anggota kelas untuk mengikuti materi yang akan ia sampaikan. Maka
dari itu, seorang penyawir membutuhkan beberapa karakter –sebagaimana berikut–
yang bisa mendukung pada hal tsb.
1.
Penyawir harus menguasai penuh materi yang akan
disampaikan
2.
Bahasa yang digunakan jelas dan dapat difaham oleh
peserta
3.
Bersuara lantang dan tahu karakter peserta. Artinya, bila
anggota terlihat jenuh, maka perlu adanya banyolan-banyolan alakadarnya,
guna mencairkan suasana.
4.
Berpenampilan rapi dan sopan.
D.
Pembahasan Materi
Peran
seorang moderator dalam hal ini adalah sangat besar. Untuk kriterianya, sama
persis dengan moderator yang telah kami sebutkan di depan. Yang jelas, harus menguasai
materi, aktif dan lapangan yang dihadapi.
Hal
lain yang harus diperhatikan oleh seorang moderator kelas –sewaktu memimpin
pembahasan– adalah;
1.
Pertanyaan peserta tidak keluar dari materi yang
dimusyawarahkan.
2.
Peserta harus faham dengan pertanyaan yang diajukan.
3.
Peserta sepakat atas pertanyaan.
4.
Meminta pengarahan dari Pembina baru memulai
pembahasan. Adapun caranya membahas, sama seperti penjelasan di awal.
5.
Bila pembahasan mbulet maka supaya meminta
pengarahan Pembina.
6.
Bila sudah sepakat, maka ditashhihkan pada Pembina.
BAB IV
KAIFIYYAH MENJAWAB
Dalam sebuah
forum bahtsul masaail, bekal utama bagi seorang mubahits adalah modal
dan mental.
Modal adalah,
penguasaan pemahaman tentang permasalahan yang dibahas. Hal ini bisa tertata
dengan baik dengan cara melakukan persiapan yang benar-benar matang sebelum
pelaksanaan bahtsul masaail.
Sedangkan mental
adalah penguasaan diri dalam berbicara di depan orang banyak. Hal ini bisa
terpupuk dengan baik dengan beristiqamah mengikuti kegiatan-kegiatan musyawarah
diberbagai tingkatan. Untuk lebih jelasnya simaklah poin-poin di bawah ini.
I. Penyampaian rumusan jawaban
a. Ungkapan terima
kasih kepada moderator.
Dalam mengawali
penyampaian rumusan jawaban, hendaknya diawali dengan ungkapan terima
kasih pada moderator. Hal ini bertujuan untuk mengedepankan sikap sopan
santun kita dalam bermusyawarah.
b. Menyikapi
pertanyaan dan disusul rumusan jawaban .
Menyikapi
peertanyaan sebelum menjawab sangatlah diperlukan. Hal ini bertujuan agar moderator
dan peserta musyawarah lainnya, dengan mudah bisa memahami apa yang kita
uraikan, sehingga tidak terkesan mbulet. Setelah kita selesai menyikapi
pertanyaan yang ada, barulah kita menyampaikan rumusan jawaban kita.
c. Ungkapan
terimakasih kepada moderator
Setelah kita
selesai menyampaikan rumusan jawaban, jangan lupa sebelum mengakhirinya ucapkan
lagi kata terimakasih pada moderator. Karena, selain memperlihatkan rasa hormat
kita pada moderator, hal ini juga bertujuan untuk mengundang simpatik dari
peserta musyawarah lainnya.
Contoh :
Þ
Terimakasih waktunya………!
Þ
Terimakasih atas waktu yang diberikan…..!
Þ
Terimakasih buat moderator ……….! Yang baik / yang cakep / atau yang lainnya.
(kalau kita ingin lebih santai dan mencairkan suasana sehingga kondisi mental
tidak tegang).
Ø Menyikapi
pertanyaan yang ada “ apa hukumnya……? Maka kami menjawab…………”Eeeeee………! (supaya
lebih santai dan menguasai diri, karena diawal-awal menjawab kondisi mental
biasanya belum terkuasai).
Ø Setelah kami
mencermati pertanyaan yang ada “ kenapa …………dalam agama kita tidak
diperbolehkan ?! kami menjawab……………….
Ø Setelah kami
mengamati serta mencermati pertanyaan yang ada dengan seksama dan dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya, maka dengan tegas kami menjawab, bahwa
………hukumnya……….”
v Terimakasih….!
v Matur suwun……!
v Te – ri – ma – ka
– sih ….!
II. Pemaparan
Rumusan Jawaban Serta Referensinya
a.
Ucapan terima kasih pada moderator.
Sebagaimana
uraian di atas.
b.
Mengulangi rumusan jawaban dan memaparkannya dengan
lebih gamblang serta membacakan referensi atau ta’birnya.
Hal ini,
bertujuan untuk lebih memantapkan uraian kita sebelumnya. Selain itu, dengan
adanya pengulangan tersebut, moderator dan juga peserta lain atau bahkan
perumus serta mushahhih, bisa lebih fokus dan memahami pemaparan kita.
c. penekanan poin ibarat.
Yang
dimaksud penekanan ibarat di sini
adalah, menguraikan lafadh ibarat yang kita jadikan pijakan dalam
menjawab.
d.
Jangan lupa tutup uraian anda dengan ungkapan
terimakasih dalam mengakhiri poin ini.
Contoh :
v Terimakasih
waktunya……………!
v Terimakasih atas
waktu yang diberikan…..!
v Terimakasih buat
moderator ……….! Yang baik / yang cakep /
atau yang lainnya. (kalau kita ingin lebih santai dan mencairkan suasana
sehingga kondisi mental tidak tegang).
v Eeeeeee………!
Sebagaimana uraian kami di depan, “ bahwa ………hukumnya adalah ………
Kami
mengambil referensi dari kitab ………juz………….shahifah/hal
………Bismillahirrahmaanirrahiim………….sampai selesai
Penekanan
ibarat kami adalah kata-kata /lafadz
………..
Þ Eee……!
Sebagaimana uraian kami di depan, “ bahwa………hukumnya adalah………….”
Referensi
yang kami ambil dari kitab……………juz …………hal…………..dengan gamblang memberikan
pemahaman bahwa………..hukumnya………..berikut kami bacakan referensi tersebut, mohon
disimak baik-baik. Bismillaahirrahmaanirrahiim……sampai selesai.
Poin
ibarat /referensi kami tepatnya adalah lafadz…………
v Terimakasih…………..!
v Matur suwun………….!
v Te – ri – ma – ka
– sih ….!
Catatan:
Ketika membacakan
ibarat hendaknya dimulai dari awal pembahasan agar mudah
dipahami. Jangan terlalu cepat dan bacalah dengan suara yang lantang dan
percaya diri.
III. Mengembalikan tanggapan/sanggahan
Lazim adanya dalam sebuah forum
diskusi diwarnai dengan pro dan kontra. Maka dari itu, ketika jawaban anda
ditanggapi oleh peserta lain, anda harus siap memperkuat uraian anda dan juga
harus siap melemahkan tanggapan/sanggahan tersebut. Berikut ini merupakan
poin-poin yang harus diperhatikan dalam mengatasi kondisi tersebut.
1. Jangan minder/gugup
Sudah barang
tentu ketika kita berbicara dihadapan orang banyak, membutuhkan penguasaan
mental yang bagus. Terutama disaat jawaban kita di rad atau dikritisi
oleh mayoritas peserta lain. Yang anda harus lakukan adalah, menjaga kondisi
emosiaonal anda.
v Jangan marah! Karena akan menyebabkan
gugup, dan membuyarkan konsentrasi kita.
v Tarik nafas
dalam-dalam. Dan pandang atau liriklah suasana di sekeliling
anda dengan menebar senyum bersahabat.
v Tetap santai dan
optimis bahwa jawaban anda adalah jawaban yang tepat.
2. Cermati dan
carilah poin kelemahan penyanggah
Dalam hal ini, anda harus
benar-benar mencermati dan meneliti setiap uraian kata-kata penyanggahserta
pembacaan ibaratnya.
3. Mengembalikan
tanggapan
Ø Terimakasih
waktunya..!
Ø E….! Menyikapi
tanggapan dari…………kenapa……alasannya adalah karena……….coba cermati ibarat
kami………….dari situ anda bisa pahami bahwa…..adalah………….karena……….
Untuk lebih
memantapkan hal tersebut anda juga bisa melihat kterangan yang ada dalam kitab
…….juz……….hal………….disitupun juga menjelaskan bahwa……..adalah…………..
Jadi !kenapa……?
karena……..
v Terimakasih…………..!
v Matur suwun………….!
v Te – ri – ma – ka
– sih ….!
Catatan : janganlah anda
gugup atau minder ketika jawawban anda mendapat kritisan dari banyak peserta
walaupun dari perumus sekalipun . santai, ikutilah petunjuk di atas, insyaAllah
anda bisa mengatasi semuanya.
IV. Menanggapi/ menyanggah
Sebelum
menyanggah atau menanggapui jawaban peserta lain, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
Ø Awali dan
akhirilah dengan ungkapan terimakasihsebagaimana di atas.
Ø Teliti dan
cermati setiap kata dari rumusan jawaban yang ada.
Ø Teliti dan
cermati pula setiap kalimat dari ibarat yang dibacakan terutama pada kalimat
yang dijadikan pijakan jawaban.
Ø Jangan emosi..!
sampaikanlah dengan santai, jelas, serta ulangilah kata-kata atau kalimat
–kalimat ibarat yang menurut anda lemah atau kurang sesuai untuk menjawab.
Contoh :
Ø Terimakasih…!
Ø Setelah kami
menyimak rumusan jawaban dari…….sekilas kami tangkap ada kata-kata………(arab)
Ø Apakah …….menurut
anda sudah sesuai ? padahal, arahan dari ibarat anda adalah menjelaskan tentang
………tak sedikitpun menyentuh pada yang kita bahas saat ini.
Ø Terima kasih
Tambahan
v Kalau anda sulit
mendapat kesempatan berbicara, angkatlah papan almamater anda tinggi-tinggi.
Kemudian, mintalah kesempatan pada moderator dengan sopan, serta pandanglah
terus mata sang moderator.
v Kalau ada peserta
lain yang sudah diberi waktu tapi tak kunjung bicara, maka untuk mencairkan
suasana anda bisa nerambul dengan mengatakan :
Þ “ Tor ! Tor !
sini aja tor !”
Þ “ Yang sudah siap
di sini lho tor “
Þ “ Biar cepat
selesai sinin aja tor.
v Ketika anda belum
puas dengan rumusan jawaban dari perumus, hendaknya anda tetap menuntutnya, karena dalam majlis
musyawarah, semua elemen adalah sama. Cuma saja, dalam menyanggah hendaklah
dengan kata-jkata yang lebih sopan dibandin peserta Contoh :
v Nyuwun sewu !dari
uraiann bapak perumus ………menurut hemat kami masih belum tepat , karena ,
v Maaf! dari uraian
manis bapak perumusd yang panjang tadi
kami ingin tahu referensinya . Karena
menurut kami dari ibarat yang ada,
tidak sedikitpun menyingguan permasalah tadi
EPILOG
Dengan segenap ta'dzim,
penulis haturkan terimakasih yang mendalam kepada :
1. Allah swt. Atas
pertolongan dan petunjuknya.
2. Nabi Muhammad saw.
Keluarga dan para shahabat beliau, atas segala pembinaan sunnahnya.
3. Seluruh masyaayikh dan
guru besar kami, atas do'a restunya.
4. Ust. Saifudddin Zuhri,
atas sumbangan makalahnya.
5. Ust. Rofiqut Taufiq
& Ust. Umar Efendi atas kerjasamanya.
6. Rekan-rekan kelas I
Tsanawiyyah 1429-1430 H. atas support dan inspirasinya. Tanpa kalian, tidak-lah
mungkin kami bisa berbuat lebih.
7. Segala instansi yang
membantu proses penyusunan pamflet ini.
M. Yasin Baihaqi
Kediri, 19 Muharram 1430 H.
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar